Berkacalah pada cermin yang bagus
Tidak retak ataupun tidak kotor
Kau akan tahu siapa dirimu
Agung kah dirimu atau lebih nista
Pembaca yang budiman, siapa pun kita dan siapa pun anda pasti tidak akan menafikkan bagaimana pentingnya fungsi cermin (kaca) bagi anda, betapa tidak lihatlah penggalan puisi di atas dan coba simak dan kaji lebih dalam tentang analogi yang akan saya paparkan di bawah ini, saya harap anda lebih bijak sekaligus kritis terhadap apa yang saya “jual” ini.
Kita ambil contoh sederhana saja, seorang pacar yang hendak bertemu dengan kekasihnya maka persiapkan segala sesuatunya, mula-mula ia mandi dan kemudian berpakaian, sekaligus tidak lupa bercermin apakah ada baju yang kelihatan lusuh, apakah ada kerah baju yang tidak terlipat, jika sudah ia berkaca maka ia melihat dirinya sempurna, tampan, dan oke barulah ia beranjak dari depan cermin.
Contoh lainnya saja seorang sopir yang mengendarai mobilnya, ia pasti melihat kaca spion, kadan ia lihat ke kiri dan ke kanan saat ia ingin belok, dan terkadang ia melihat spion (cermin) di tengah kala ia parkir. Selalu saja dan itu tidak lepas dari aktifitas manusia dalam menggunakan cermin.
Dari cereita di atas kita melihat bahwa di sana ada dua fungsi kaca, pertama adalah sebagai cermin / sebagai gambaran diri dan kedua adalah sebagai alat untuk melihat apa yang ada di belakang kita,. Lantas apa hubungan cermin di atas dengan 1 Muharram (tahun baru Islam) 1429 H,..? dan apa kaitanya dengan hadist-hadist yang ada tentang arti di balik 1 Muharrom (tahun baru Islam) tersebut..?.
Saya akan bahas secara rinci dengan kemampuan saya…..
Mungkin ada dari pembaca yang sudah mengetahui hadist tentang “keutamaan 1 Muharram sebagai wadah introspeksi diri”, dalam hadist rosulullah saw pernah bersabda “barang siapa yang keadaanya hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang orang yang beruntung, barang siapa yang keadaanya hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang orang yang rugi, barang siapa yang keadaanya hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia termasuk orang orang yang buruk”.
Jika kita ingin mengkaji lebih dalam makna hadist di atas, maka hadist ini bisa kita gunakan untuk saat ini, yaitu mengukur seberapa besar dan seberapa jauh sudah amal baik yang sudah kita kerjakan pada tahun-tahun yang lalu, kita dapat menggunakan ini sebagai cermin dari apa-apa tentang kebaikan kita dari hari ke hari makin baik atau justru sebaliknya.
Demikian apa yang saya bisa sampaikan, hamba yang dhaif ini berlindung dari kesessatan ,….untuk itu pembaca tolong komentari tulisan saya
Wassalam
Penulis : Orang dha’if dari Cinere
Monday, January 21, 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)